WEB BLOG
this site the web

Recent Photos

image
image
image

Antologi Puisi

Puisi Cinta


Mencintaimu

Aku mencintai dirimu dengan dua cinta
Cinta kerena diriku dan dirimu
Cinta kerena diriku adalah?
Aku senantiasa mengingatmu
Cinta karena dirimu?
Wujudmu menyikap tabir
Hingga seolah engkau kulihat dihadapanku
Baik untuk ini maupun itu

Pujian bukanlah bagiku
Segala pujian hanyalah
Untukmu..!!!

Sendiri

Tak ada daun-daun yang hanya
Ingin tumbuh selembar
Tak ada binatang yang ingin
Dilahirkan sendiri

Bulan juga butuh” matahari"
Begitu juga manusia,
Tak akan ada yang ingin sendiri
begitu pula dengan diriku

Pekanbaru, Februari 2012

Tri




- Jelang Kenang Bersama Tri Wahyuni

Tri, semenjak malam mencantumkan niatku untuk memujamu, aku mengapung di dera yang tak bertepi. Jogyamu mengantarkanku pada cinta yang runtuh, seakan megudap Gendhing Jathilan yang meneryuh, di lekuk detak zaman yang limbung. Petani menyergap pagi, melesatkan waktu menggalih dan mengolah sawah-sawah endusan mereka. Kau tampak riang membenamkan benih padi yang berlumpur, ketika kuberteduh menikmati tiwul dan geplak di gubuk jeramimu.

Tri, menatap gerhana bulan, meyempatkan kita bersujud di Masjid Kotagede, jama’ahkan hati yang tercerai-berai, mempersembahkan seputik doa yang tak tergapai. Kumohon kemarikanlah mawar yang bernyanyi getih! Biar aku gugurkan, biar aku gamparkan ke arus laut yang geram.

Tri, menilik ke dadamu, ada serang yang menjantungku. Gigilkan musim yang merenggut kehangatan sejak kemarin senja, tak menjadi penghalang merawat kebencian kita. Sesobek layar buram, memaksa lampion meredupkan matanya. Membungkam catatan lukaku yang mengambang di sungai yang tak berarus.

Tri, kurapatkan jemarimu, menyaksikan Gerebek berebut gunungan. Tawamu meruruhkan suasana riahku, ancam gelisah yang menautkan Budhara yang merintih di ceruk-ceruk danau resahku.

Tri, pernah kutulis bait-bait rindu di batu karas. Menelekung debur-debur nafasmu yang tergelak dan berkelakar di ranting cemara. Kau tampung keluh kesahku, menarak jarum jam tanganmu yang patah, dan aku tak mampu menggantikanya dengan ranting-ranting perapuhku. Aku tertungkal mencium ubun-ubunmu, sayang? Bebal bayangmu terlalu sulit kutembus dengan anganku. Sengaja kumengemis celetar halilintar yang parau. Agar suaramu tak merupa, meneror hari-hariku yang kacau.

Tri, hujan Desember mengemas liuk lentukmu yang menjelajahi tanda-tanda sepiku. Sesungguhnya membungkas di kucah tanganmu yang lembut. Maka seketika itu, aku menuntaskan gamang yang menjuntai serintik pekik jiwa yang terjatuh.

Tri, Tugu jogyamu masih tegak menatar cecap kenangan yang tertanam di ari-arimu. Susutkan riwayatmu yang mengusang merobek-robek gagap risau yang terjerang peluh harapku. Tangisku mendesakmu, membaca rumus-rumus perpisahan yang tertera di tawang kelam.

Jolo Sutro Jogyakarta, Januari 2012

Sujud Arismana nama pena dari Pujiono Slamet. Kelahiran Blora Jawa Tengah, 8 Agustus 1981. Tinggal di Pekanbaru. Beberapa karya pernah dimuat media lokal dan nasional. Aktif di FLP Pekanbaru. Sehari-hari bekerja sebagai karyawan Taman Rekreasi Alam Mayang Pekanbaru dan bergiat di Komunitas ALINEA FLP Pekanbaru.

Alang-Alang Kering


Alang-alang Kering

aroma pagi
: rapih
membungkam lekuk sesak
bunga-bunga kapas
yang melindap
setebuhi embun safa

langkah kita terseok
ke mata air surga
tangan-tangan kita
memencar kitab cinta
yang melagu
asingkan kubah-Mu

Tuhan dimana
ketika mencarimu
di tengah telaga
terselipkah
pada kerah malam
yang gaduh!

di tapal angin
alang-alang kering
tak bergeming memintal
jiwanya yang goyah

lantaran takut
membujuk malaikat
yang membaringkan
sukmaku
di geladak lamun

aku bersimpuh rebah
merintis sepasang
kotbah cabak
yang meripuk rentas
buih nutfahku


Blora Mustika, 30 Oktober 2011




Ranting Patah


di negeri utara
hamparan batu-batu
mengadu setampun
sangkak
yang mencecap
terik matahari

memamerkan
panorama asap
yang tersedak
limpahkan
keindahanya
pada gegas masa

saat langit
mengirim mendung
aku harap
endapan nama-namamu
mampu mengerat
risau yang buta

: ini bukan prasasti
yang menjadikan
cita-citamu
tetap lestari

tapi, mampukah
kau melipit
ranting patah
menjadi teduh
hunianya


Kota Kapur ( Blora), Oktober 2011










Pujangga Samaran

kusepuh puisiku
dalam kosakata
yang tergelincir
mengidap pahit

sesekali penaku
pernah menjadi
tuas tangguh
di hutan-hutan
yang runtuh

barangkali dawat-dawat
sahajamu meluber
di tiga samudra
mengobar halusinasi
yang terpuruk
di anjungan jingga

lagi-lagi iftitahku
tak mampu mewarisi
naskah leluhur
yang terkubur lamur

debah bisik belukar
terhenyak mengutip
torehan resah
bibir keluku

akulah…
pujangga samaran
yang menyamar
bangau hijau
menulis bait-bait cinta
yang menggores dada


Waduk Tempuran ( Blora ), Oktober 2011










Pemilik Sayap Malaikat

segala yang abad
meresam sedu
takwilkan rasa
yang bersandar
di pelapah usiaku

jalan terjal kita
menuju gunung mangir
mengeratkan batin
yang tersembab layu
menandai takbiratul
ihramku kendur

lesam buram serapahku
menggurat burung hantu
yang melagu
mempersekutu keyakinan
yang tak utuh

siapa pemilik
sayap malaikat
yang kutemukan
di kolong tempat
tidurku ?
sangat mengganggu
alam fikiranku

perlambang-perlambang
meregang meluruh
kisar padah
yang usai melegar
mendengarku bermukadimah
menjeda lecut amibisi

Masjid Baitunnur ( Blora ), September 2011






Kidung Batara Surya


1
mungkin bintang malam
memendam kisah
di hulu sungai lusi
mengalir ketar-ketar
sepucuk syair lukahmu
yang sengaja kukhianati
maknanya

2
setampun rekah
kembang randu
terjatuh mengudar
sesobek lisan
yang hendak meredam
dan mengulang fajar

3
kutipan-kutipan
kidung batara surya
tak terdengar
di sisi jalan blora
yang sempit itu

4
pijar lampu jalanan
yang menerangi wajahmu
sempat hinggap
menenggak ulu hatiku
yang memar

5

memang mengasyikan
bersanding rantus
tegak menggerus tura
mengabit makian jalang
peri yang mengumbar
dongeng sebelum ajal

Alun-Alun Blora , Oktober 2011



Sujud Arismana nama pena dari Pujiono Slamet. Kelahiran Blora Jawa Tengah, 8 Agustus 1981. Tinggal di Pekanbaru. Beberapa karya pernah dimuat media lokal dan nasional. Aktif di FLP Pekanbaru. Sehari-hari bekerja sebagai karyawan Taman Rekreasi Alam Mayang Pekanbaru dan bergiat di Komunitas ALINEA FLP Pekanbaru.

IADB - Padang dalam Puisi: Puisi Sujud Arismana

IADB - Padang dalam Puisi: Puisi Sujud Arismana: SUJUD ARISMANA, nama pena dari Pujiono Slamet . Kelahiran Blora 8 Agustus 1981. Tinggal di Pekanbaru, menulis puisi, cerpen, dan novel. Ak...

Prosa yang Menggeser Eksistensi Puisi




Biasanya Para remaja sangat rentan dalam mengambil imajinatif cultural melalui kominikasi yang dinamakan bahasa puisi, hanya menajadi retorika picisan pencari sensasi, atau penyair pemula yang terbuang dari realitas hidupnya karena dinia kepenyairan belum menjanjikan dalam skala materi..
Kenyataan di media masa tiap minggunya banyak prosa yang berkeliaran meminuhi pembacanya yang fanatic. Dan jumlah pusi pun terbatas untuk dipiblikasikan hanya media remaja yang kadang kala menerbitkan puisi-puis cinta yang cengeng dan ringan tanpa diksi-diksi yang bagus dan bermakna.
Bahsa tak memiliki keberanian untuk menjadi puisi, karena potensi-potensi itu telah dilucuti dari dirinya oleh prosa yang memenuhi media dan ruang public.Prosa memang sudah naik daun dan memancing banyak peminat untuk memasuki dunianya.
Semenjak kesultanan aceh masih berjaya. Prosa masih menjadi media komunikasi yang paling digemari oleh masyarakat kita. Prosa telah memabangun imperiumnya sendiri, kerajaan sendiri.
Kadang puisi tampil keatas panggung menggantikan homogen prosa itu. Namun itu tak berlangsung lama tatkala Hamzah Al Fnshur menuilis syair perahu untuk mengubah wajah bahasa melayu, karena cara berpikir dan syariat, pembakaran atas karyanya dilakukan dimana-mana di Aaceh pada masa dahulu..
Dalam waktu pendek posisinya sebagai penasehat keagamaan istana harus digusur dan karya tulisnya di fatwa bid’ah, lalu dibakar syair-syair Aceh kemudian diganti syair perang.
Begitu pula tak lama sesudah amir Hamzah menuliskan nyanyian sunyi, nasibnya harus berakhir tragis dalam sebuah huru hara sosial di Sumatra timur.
secara fisik ia tewas diujung pedang orang-orang yang membumi hanguskan kasultanan langkat. Namun pada hakekatnya ia terbunuh dalam atmosfer ketakberdayaan bahasa yang yang meliputi bangsa kita kala itu., karena merajalelanya kultus slogan dan retorika sebagai media revulusi. Karenanya bisa dikatakan, Amir Hamzah terbunuh atmosfer prosa.
Momentum puisi yang paling terindah dalam sejarah ke-Indonesian kita barangkali terjadi pada tahun 1928 ketika para pemuda yang salah satu butirnya: Satu bahasa, Bahsa Indonesia. Sebuah momen yang puitik. Namum apa mau dikata. Momen itu ternyata tak begitu panjang umurnya. Prosa kembali melahirkan dirinya lewat kenyataan-kenyataan kontemporer. Kita kini hidup disebuah waktu yang tak memberi orang waktu untuk melihat dalam hati nuraninya.
Kalau kita mendengar kata prosa dan puisi. Kita menganggap sebuah sepasang kata yang saling berlawanan.
Yang puitis umumnya berkonotasi positif, sedangkan yang “ Prosaik” sebaliknya disisi lain puisi lebih tinggi kedududukanya daripada prosa. Puisi digubah dengan kesadara itens [bukan neurotic] terhadap bahasa , sememtara prosa ditulis dengan fokus utama terhadap bahasa, sememntara prosa ditulis tanpa irama. Jika puisi menganggap unsur bunyi [juga sunyi] dan citraan serta pikiran kata secara ketat, maka sumua hal itu seakan-akan tak terjadi pada prosa. Dengan kata lain: jika bahasa berlaku sabagai” pameran pembantu” dalam proa, maka dalam puisi bahasa adalah” pameran utama. Ada kalanya munculan kiasan lain. Prosa adalah bahasa dalam bentuk cair, puisi adalah bahasa dalam bentuk padat. Puisi adalah ungkapan bahasa yang gemar bersolek, aneh, samar-samar bahkan gelap., sementara prosa merupakan ungkapan yang wajar dan terang, makin terang,wajar dan terang benderang, makin baguslah prosa itu. Puisi mengigau sendiri: prosa mesti mantap menjalankan tata bahasa [tanpa mengenai licentia prosaica]
Puisi dan prosa mungkin saja adalah”kawan” sekaligus” lawan”: dersebrangan, berdekatan, bergulatan, toh menghirup udara yang sama. Ritme atau irama, misalnya- pola ungkap yang menentukan karakter”suara” sebuah karya sastra hanya bisa hadir baik dalam puisi maupun prosa. Pentingnya diksi yang jitu serta ke-duanya prosa yang mantap.Sebagaimana puisi yan kuat, sama-sama mengolah segenap unsurnya hingga ke taraf puncak pas, tak lebih dan tak kurang. Tak sedikit sastrawan yang sesekaliatu bergerak di wilayah kelabu antara puisi dan prosa, misalmya menulis karya yang lazim disebur prosa lirik atau prose poem. Demikianlah prosa merasuki puisi, atau sebaliknya, saling meresap dan bersenyawa dan menjelmakan berbagai jenis hibrida yang membuat pemilihan maupun pemeringatan antara puisi dan prosa antara yang puitis dan yang prosaic.
Slamet mulyana[1956-112]menyatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi.pertama, kesatuan prosa yang sangat pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustik.kedaua puisi adalah kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak. Sedangkan dalam prosa kesatuanya disebut paragraph. Ketiga, didalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.
Jika dikumpulkan diberbagai khazanah sastara disegenap penjuru dunia, mugkin ada ratusan atau bahkan ribuan bentuk puisi yang pernah hidup sejak manusia mulai berbahasa dan bernyanyi dengan kata-kata hingga saat ini..
Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendikripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah,novel, ensiklopedia,, surat serta jenis media lainnya.
Prosa sebagaimana terpetik dari khazanah sastra melayu merajuk pada sesuatu yang tidak terikat. Puisi yang memang terikat sehingga banyak berlaku sebagai “lirik lagu”
Prosa meruapakan jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme{rhythm] yang dimilikinya lebih besar, serta biasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Karena pengungkapannya tak bertele-tele dan blak-blakan dengan terus terang dan mengalir begitu saja.

Galery Cewek Bugil





Pastilah di dunia internet kita pernah membuka galeri cewek bugil.Apa perasaan anda,birahi yang menggebu-gebu,jantung yang berdegup kencang,mata yang terus melotot menikmati setiap lekukan daerah intim dan daerah tubuh yang lain.Bila kita kebanyakan melihat sepeti itu lambat laun moral dan pikiran kita akan rusak dan yang muncul sebuah nafsu setan yang tidak dapat kendalikan oleh kita sendiri. Dan kebiasaan itu berlanjut-dan berlanjut sehingga bertumpuklah dosa anda.

Apalagi setiap melihat cewek cantik dan sexsi di jalan maupun dimana mereka berada, pikiran kita membayangkan reaksi tersebut sehingga kita terangsang olehnya.

Mungkin hanya sekedar ingin tahu tak masalah, tapi apapun yang dilarang agama jika itu dosa kita tidak bisa menawarnya lagi.

Mulai saat ini isi pikiran kita dengan mengingat Tuhan dan beribadahlah sesui dengan agama yang kita peluk tentunya.

Kita harus malu dan merasa bersalah jika galeri cewek bugil, seperti kita melihat ibu yang susah payah melahirkan hingga kita bisa berbuat apa saja.

Belum telat kita untuk berbenah diri, memperbaiki akhlak maupun kepribadian kita yang kurang sopan.
 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies