WEB BLOG
this site the web

Tri




- Jelang Kenang Bersama Tri Wahyuni

Tri, semenjak malam mencantumkan niatku untuk memujamu, aku mengapung di dera yang tak bertepi. Jogyamu mengantarkanku pada cinta yang runtuh, seakan megudap Gendhing Jathilan yang meneryuh, di lekuk detak zaman yang limbung. Petani menyergap pagi, melesatkan waktu menggalih dan mengolah sawah-sawah endusan mereka. Kau tampak riang membenamkan benih padi yang berlumpur, ketika kuberteduh menikmati tiwul dan geplak di gubuk jeramimu.

Tri, menatap gerhana bulan, meyempatkan kita bersujud di Masjid Kotagede, jama’ahkan hati yang tercerai-berai, mempersembahkan seputik doa yang tak tergapai. Kumohon kemarikanlah mawar yang bernyanyi getih! Biar aku gugurkan, biar aku gamparkan ke arus laut yang geram.

Tri, menilik ke dadamu, ada serang yang menjantungku. Gigilkan musim yang merenggut kehangatan sejak kemarin senja, tak menjadi penghalang merawat kebencian kita. Sesobek layar buram, memaksa lampion meredupkan matanya. Membungkam catatan lukaku yang mengambang di sungai yang tak berarus.

Tri, kurapatkan jemarimu, menyaksikan Gerebek berebut gunungan. Tawamu meruruhkan suasana riahku, ancam gelisah yang menautkan Budhara yang merintih di ceruk-ceruk danau resahku.

Tri, pernah kutulis bait-bait rindu di batu karas. Menelekung debur-debur nafasmu yang tergelak dan berkelakar di ranting cemara. Kau tampung keluh kesahku, menarak jarum jam tanganmu yang patah, dan aku tak mampu menggantikanya dengan ranting-ranting perapuhku. Aku tertungkal mencium ubun-ubunmu, sayang? Bebal bayangmu terlalu sulit kutembus dengan anganku. Sengaja kumengemis celetar halilintar yang parau. Agar suaramu tak merupa, meneror hari-hariku yang kacau.

Tri, hujan Desember mengemas liuk lentukmu yang menjelajahi tanda-tanda sepiku. Sesungguhnya membungkas di kucah tanganmu yang lembut. Maka seketika itu, aku menuntaskan gamang yang menjuntai serintik pekik jiwa yang terjatuh.

Tri, Tugu jogyamu masih tegak menatar cecap kenangan yang tertanam di ari-arimu. Susutkan riwayatmu yang mengusang merobek-robek gagap risau yang terjerang peluh harapku. Tangisku mendesakmu, membaca rumus-rumus perpisahan yang tertera di tawang kelam.

Jolo Sutro Jogyakarta, Januari 2012

Sujud Arismana nama pena dari Pujiono Slamet. Kelahiran Blora Jawa Tengah, 8 Agustus 1981. Tinggal di Pekanbaru. Beberapa karya pernah dimuat media lokal dan nasional. Aktif di FLP Pekanbaru. Sehari-hari bekerja sebagai karyawan Taman Rekreasi Alam Mayang Pekanbaru dan bergiat di Komunitas ALINEA FLP Pekanbaru.
 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies