WEB BLOG
this site the web

Antara Cinta dan Balas Budi

Senja telah menginjakan kakinya yang lembut di bukit malam yang semakin gelap dan sunyi. Matahari berjalan pelan menghabiskan warna kemerahannnya yang mulai lenyap di ufuk barat. Sekawanan burung yang rajin berterbangan di langit siang tadi, satu-persatu berarak pulang, sejenak menghempaskan segala keletihannya di sarang-sarang hangat mereka. Malam pun mulai menyergapi insan-insan yang bernaung dan hidup di bumi ini. Temaram lampu-lampu tepi jalan yang menghiasi sepanjang kota Pekanbaru semakin terang dan ramai.
Dari tempat parkiran sepeda motor, Bima masih memandang cafe Hugo’s dan belum masuk kedalamnya. Pikiranya menerawang kosong menatap jalan raya yang di penuh kendaraan yang sedang berlalu lalang tak pernah berhenti dari tadi. Tak lama kemudian ia menatap mobil Avanza warna silver yang mengkilap di terangi sinar lampu. Keluarlah Yulanda dan Siska dalam mobil itu.
Lalu mereka mulai memasuki Kafe Hugo’s. Bima segera mengikuti dari belakang dan mulai berjalan mendekati mereka yang sedang duduk di meja nomor 14 dekat jendela. Suasana di dalam Kafe itu sangat ramai dengan musik klasik yang rancak. Tentunya banyak remaja dan kalangan umum yang menghabiskan waktunya di Kafe itu. Ada yang memesan minuman atau ada sebagian yang memesan makanan, juga ada hanya sekedar ngobrol dengan teman maupun kekasihnya.
“Kenapa kamu selalu ganggu hidupku terus. Setiap aku keluar ke mana saja apalagi ke kafe ini ! kamu ngekorin aku terus, kayak ga ada kerjaan aja.”
“Aku cuma ingin menunggu jawaban cintaku, apa itu salah!”
“Salah…!” kata yulan menyentak.
Jujur aja, sejak kita betemu di toko buku itu. Aku langsung cinta pada pandangan pertama. Perasaanku tulus dalam hati Tolong beri aku kesempatan sekali ini aja.
“Ku bilang sekali lagi, aku nggak akan menerima cintamu sampai kapanpun. Sok kecakepan, ngaca dulu dong…!
“Kalian tidak usah bertengkar, malu kan dilihat orang ?” suara Siska menenangkan suasana yang sedang memanas itu.
Kemudian keluarlah seorang pelayan dengan dua minuman jus lemon tea yang dipesan Siska dan Yulan tadi. Dengan hati-hati pelayan itu meletakannya di meja tepatnya didepan Yulan dan Siska.
“Mbak, tolong teman saya ini diberi minuman juga ya,” kata Siska kepada pelayan.
“Bim, kamu pesan minuman apa?”ucap Siska menawarkan minuman ke Bima.
“Aku jus jeruk aja,” kata Bima halus.
“Mbak, kalau ada kasih air kolam aja,”ucap Siska sambil meminum lemon teanya.
“Eh… Yulan, dia kan nggak ngapa-ngapain kamu, apalagi ganggu kamu, semestinya kamu hargai dia dong.”
“Dihargai kata kamu Sis! tak sudi ya! pokoknya aku ingin dia pergi dari tempat ini , aku muak melihat wajahnya.”
“Yulan, beri aku kesempatan sekali ini saja, untuk membuktikan bahwa aku benar-benar mencintaimu. Aku ini tidak seburuk yang kamu sangka. Kumohon percayalah padaku.”
“Kubilang sekali lagi, pergi atau aku panggil Manager Kafe ini, untuk mengusirmu keluar,” kata Yulan geram.
Dengan perasaan kecewa Bima mengalah untuk pergi dan mulai berdiri dari tempat duduknya dan kemudian brgegas meninggalkan mereka berdua. Meski pun perasaan Bima kecewa dengan sikap dan prilaku Yulan yang kasar itu.
“Kamu keterlaluan, yulan?” kata Siska sedikit marah.
“Biarlah, yang penting sementara waktu dia tak menggangguku lagi!”
Siska menghela nafas dan kesal dengan kejadaian tadi. Dengan perlahan Siska mulai meminum lemon teanya. Dan tak beberapa lama kemudian mereka pun meninggalkan Kafe itu.

* * *
Beberapa hari kemudian, tepatnya hari minggu Siska dan Yulan pergi ke taman rekreasi untuk berlibur. Karena hari-hari mereka disibukan dengan skripsi mereka yang belum kelar-kelar juga, terkadang membuat mereka stres dan memeras otak juga. Mereka duduk disebuah pohon beringin yang cukup tua dan rindang. Didekatnya Ada sebuah kolam yang begitu luas, terlihat sekawan bebek dan angsa sedang asyik berenang ditengah kolam. Meski di tempat itu pengunjungnya begitu ramai tapi tak mengusik liburan mereka. Tak beberapa lama, Bima pun mulai muncul dihadapan mereka, lalu Bima pun duduk disamping Yulan sedangkan tangan kanannya memegang sebuah kado merah hati dengan pita warna kuning.
“Eh… !” kamu kok nggak bosan -bosannya ngikuti aku terus?” Kamu sengaja ya buat aku marah lagi !”
“Yulan? gimana kabarnya, ini ada sesuatu buat kamu,”Ucap Bima halus.
Kemudian Bima menyodorkan kotak itu ke Yulan. Tapi setelah diterima, Yulan pun langsung melemparnya ditepi kolam. Dan meyiram segelas air mineral kemuka Bima.
“Ok…Siska, terima kasih atas perlakuanmu terhadapku selama ini. Aku tak akan marah atau dendam. Toh…semua telah membuktikan kalau kamu tidak cinta sama aku. Mumgkin Aku yang terlalu berharap darimu.
Bima pun perlahan melangkahkan kakinya lalu pergi dari tempat itu.Yulan tampak tersenyum kecil, merasa lega dan puas berharap Bima tak kembali untuk selama-lamanya dari kehidupannya. Lalu Yulan memandangi Siska yang sedang diam terpaku melihat kejadian itu.
“Sis, kamu kok sedih kenapa? pasti kamu sedih karena Bima pergi ya.”
“Kamu keterlaluan yulan, dan tega sama Bima. Kamu itu cewek macam apa tak pernah ngertiin perasaan orang lain, kamu egois. Yulan yang kukenal dulu tak seperti sekarang ini !. Dulu kamu Ramah, sopan santun dalam bicara, menghargai orang lain. Aku kecewa sama kamu Yulan!. Apa gara-gara mantanmu Rico, yang pernah menghiyanati cintamu lalu kamu lampiaskan kemarahan dan kekesalanmu pada orang lain. Menurutku Bimalah laki-laki yang terbaik yang pernah kukenal selama ini
“Maksudnya apa sih ! aku nggak ngerti, jangan-jangan kamu suka sama Bima ya?”
“Kamu jangan sembarangan kalau ngomong”ujar siska agak marah.
“Maaf deh! gitu aja ngambek,”kata Yulan sambil tertawa cekikikan.
“Aku mau ngomong sesuatu .”
“Ngomong aja, masak mau ngomong bilang dulu sama aku.”
“Ini terpaksa aku katakan, agar kamu sadar, Karena sebelumnya rahasia ini tidak boleh ketahui orang lain termasuk kamu, Tapi apa boleh buat ini demi kebaikan kamu dan semoga kamu bisa sadar?”
“Emang ada apa lagi dengan Bima?”
“Se…benarnya yang menolong kamu di rumah sakit waktu kecelaakaan satu bulan yang lalu adalah Bima.
“Yang bener kamu?” Yulan tersentak kaget mendengar ucapan Siska. Dia tak percaya.bahwa cowok yang dia benci selama ini, ternyata pernah menolongnya.
“Mengapa kamu tak bilang sebelumnya, Sis.”
”Bima ingin mendapatkan cintamu bukan karena balas budinya menolong kamu. Tapi dia ingin berjuang dan mendapatkan cintamu bagaima pun akhirnya. Ternyata kamu tak peduli dan cuekin dia. Kalau memandang orang itu jangan fisikya tapi hatinya. Seumpama dia bilang yang menolong kamu selama ini adalah Bima pasti cintanya kamu terima kan ! Tapi inilah kenyataanya sekarang untuk kamu..
Kemudian Siska mengambil kotak yang terbuang di kolam tadi lalu dibukanya
“Kamu tahu, apa isinya!. Ini adalah sebuah jilbab ungu yang paling kamu sukai kan !. Dia ikhlas memberinya disaat ulang tahunmu, agar kamu berubah. wanita muslimah itu harus punya akhlak yang baik, baik bagi orang lain maupan keluargamu. Kamu gak pantas pakai jilbal kalau moral kamu belum di perbaiki, percuma tau !
Kemudian air mata yulan mulai bergulir disela-sela pipinya yang merah merona dengan jilbab waran putihnya yang brgerak-gerak di terpa angin
“Sis, kamu tahu gak dimana tempat rumahnya.”Aku ingin minta maaf dan ingin belajar banyak denganya tentang rasa ikhlas.”
“Sudah terlambat, aku juga gak tahu alamat rumahnya. Tapi ini jalan satu-satunya biar kamu menebus kesalahanmu.”
Kemudian Siska mengeluarkan HP-nya mencari-cari nomor Bima. Setelah ketemu lalu nomor itu segera ditelpon Siska. Tapi berkali-kali tak ada sahutan. Tangisan Yulan pun mulai mengguyur lagi dipipinya. Ia hanya bisa terdiam dan menyesali segala kesalahanya yang telah dia perbuat terhadap Bima selama ini.

Dimuat Koran Riau Pos, 8 Agustus 2010
Pujiono Slamet

Kemuning

Kumemanik surya
Di kala pagi
Menangkarkan selasar hari
Yang kian melesak
Ditelan nyanyian debu

Kutagih janjimu kemuning?
Di stasiun tua
Di antara bocah-bocah gelandangan
Yang menggigil kedinginan
Mendeburkan embun nasibnya
Yang lekang mereka baca
Pada dahan-dahan
Harapanku yang kering

Kulipat ribuan kisah
Dipenghujung bulan Desember
Yang basah
Ketika senyum beliamu
Berluberan menggenangi
Puri-puri rinduku

Kuulur seutas bayang
Dari hakekat kebisuanmu
Yang berkarat
Meski jasadmu meyisih
Bersama mentari senja

Namun, tak kurebahkan cintamu
Karena sabda kasihku
Masih mendesing
Di jiwamu yang beku

Di muat koran Riaupos, 10 oktober 2010
Oleh : Pujiono Slamet

Luka Kata

Aku seperti musafir
Yang mengakarkan tubuhku
Disetiap tetes do’a
Sepanjang musim
Menyibak sepenggal tangis
Yang kian uzur
Di tepian hatiku

Hanya kepada-Mu
Kutengadahkan suratan
Takdirku
Melampirkan pengembaraan jiwa
Yang melelahkan
Pada putik-putik hari
Yang memupus

Kuberanguskan lafadz
Tentang kilat pedihku
Yang melingkari
Rerona langit ufuk timur
Dan menitipkan luka kata
Pada patahan duka
Yang terkungkum
Di titian mimpiku
Yang semu

Di muat majalah Sabili,14 September 2010

Oleh : Pujiono Slamet
 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies